DIFUSI INOVASI
Menurut
Rogers (1983) karakteristik inovasi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
adopter dalam membuat keputusan untuk menerima atau menolak produk suatu
inovasi. Adapun kelima karakteristik inovasi, yaitu:
1. Relative
advantage (Keunggulan relatif)
Para pengguna inovasi akan
menilai apakah suatu inovasi itu relatif menguntungkan atau lebih
unggul dibanding yang lainnya atau tidak. Untuk pengguna inovasi
yang menerima secara cepat suatu inovasi, akan melihat inovasi itu
sebagai sebuah keunggulan. Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu
inovasi dianggap lebih baik dan unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini
dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, sosial, kenyamanan,
kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh
pengadopsi, maka semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
2. Compatibility
(Kompatibilitas/Konsisten)
Kompatibilitas adalah
derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku,
pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu
inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya
dengan inovasi yang sesuai (compatible). Pemngguna inovasi (adopter) juga
akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi berdasarkan konsistensinya pada
nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhannya.
3. Complexity (Kompleksitas/kerumitan)
Kompleksitas adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu
yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang
dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang
sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin
cepat suatu inovasi dapat diadopsi. Pengguna inovasi juga akan menilai tingkat
kesulitan atau kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan
inovasi. Artinya bagi individu yang lambat mamahami dan
menguasainya tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi
dibanding individu yang cepat memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut
berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mempelajari
istilah-istilah dalam inovasi itu.
4. Trialability (Kemampuan untuk dapat diuji)
Trialability adalah
derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi
yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat
diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus
mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
5.
Observability
(Kemampuan untuk dapat diamati)
Observability adalah derajat dimana hasil suatu
inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil
dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang
tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan
relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan
kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat
kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi. Dengan kemampuan untuk diamati
akan mendorong adopter untuk memberikan penilaian apakah inovasi
itu mampu meningkatkan status sosial mereka di depan orang lain sehingga
dirinya akan dianggap sebagai orang yang inovatif.
PROSES PUTUSAN INOVASI
Penerimaan atau penolakan suatu
inovasi adalah keputusan yang dibuat seseorang/individu dalam menerima suatu
inovasi. Menurut Rogers (1983), proses pengambilan keputusan inovasi adalah
proses mental dimana seseorang/individu berlalu dari pengetahuan pertama
mengenai suatu inovasi dengan membentuk suatu sikap terhadap inovasi, sampai
memutuskan untuk menolak atau menerima, melaksanakan ide-ide baru dan mengukuhkan
terhadap keputusan inovasi.
Pada awalnya Rogers (1983) menerangkan
bahwa dalam upaya perubahan seseorang untuk mengadopsi suatu perilaku yang
baru, terjadi berbagai tahapan pada seseorang tersebut, yaitu:
1.
Tahap Awareness (Kesadaran), yaitu
tahap seseorang tahu dan sadar ada terdapat suatu inovasi sehingga muncul adanya
suatu kesadaran terhadap hal tersebut.
2.
Tahap Interest (Keinginan), yaitu
tahap seseorang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi
yang telah diketahuinya tersebut sehingga ia mulai tertarik pada hal tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3.
Tahap Evaluation (Evaluasi), yaitu
tahap seseorang membuat putusan apakah ia menolak atau menerima inovasi yang
ditawarkan sehingga saat itu ia mulai mengevaluasi.
4.
Tahap Trial (Mencoba), yaitu tahap
seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya sehingga ia mulai mencoba
suatu perilaku yang baru
5.
Tahap Adoption (Adopsi), yaitu tahap
seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang diambilnya sehingga ia
mulai mengadopsi perilaku baru tersebut.
Dari
pengalaman di lapangan ternyata proses adopsi tidak berhenti segera setelah
suatu inovasi diterima atau ditolak. Kondisi ini akan berubah lagi sebagai
akibat dari pengaruh lingkungan penerima adopsi. Oleh sebab itu, Rogers (1983)
merevisi kembali teorinya tentang keputusan tentang inovasi yaitu: Knowledge
(pengetahuan), Persuasion (persuasi), Decision (keputusan), Implementation
(pelaksanaan), dan Confirmation (konfirmasi).
1.
Tahap pengetahuan. Dalam tahap ini,
seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi
mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi
yang ada, bisa melalui media elekt ronik, media cetak, maupun komunikasi
interpersonal diantara masyarakat. Tahapan ini juga dipengaruhi oleh beberapa
karakteristik dalam pengambilan keputusan, yaitu: (1) Karakteristik
sosial-ekonomi, (2) Nilai-nilai pribadi dan (3) Pola komunikasi.
2.
Tahap persuasi. Pada tahap ini
individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari informasi/detail mengenai
inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon
pengguna. Inovasi yang dimaksud berkaitan dengan karakteristik inovasi itu
sendiri, seperti: (1) Kelebihan inovasi, (2) Tingkat keserasian, (3)
Kompleksitas, ( 4) Dapat dicoba dan (5) Dapat dilihat.
3.
Tahap pengambilan keputusan. Pada
tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan menimbang keuntungan/kerugian
dari menggunakan inovasi dan memutuskan apakah akan mengadopsi atau menolak
inovasi.
4.
Tahap implementasi. Pada tahap ini
mempekerjakan individu untuk inovasi yang berbeda-beda tergantung pada situasi.
Selama tahap ini individu menentukan kegunaan dari inovasi dan dapat mencari
informasi lebih lanjut tentang hal itu. 5. Tahap konfirmasi. Setelah sebuah
keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka.
Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya
menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi
REFERENSI
Rogers, M. Everret, 1983. e-book DIFFUSION OF INNOVATIONS, Third Edition
0 Response to "DIFUSI INOVASI"
Post a Comment