-->

JAMUR


Ascomycota dan Basidiomycota



Reproduksi Seksual

Fungi dari filum Ascomycota dan Basidiomycota bereproduksi secara seksual dengan menghasilkan karpus atau tubuh buah (fruiting bodies) seksual yang terapat askus atau basidium pada bagian dalamnya yang menghasilkan spora seksual, yaitu askospora pada filum Ascomycota dan basidiospora pada filum Basidiomycota. 

Karpus (tubuh buah) seksual memiliki empat tipe karpus seksual yaitu apothecium, perithecium, pseodothecium, dan cleistothecium

  • Apothecium

Apothecium biasanya berbentuk seperti cawan yang lebar, atau berbentuk seperti cangkir, atau berbentuk seperti bola dan pada permukaannya terdapat bentuk seperti cawan-cawan kecil yang terbuka. Stroma yang terdapat pada bagian terbuka ini berfungsi membawa askus-askus yang posisinya berdiri tegak menghadap lingkungan luar. 

Di antara deretan askus-askus terdapat bagian parafisa, yaitu suatu hifa-hifa yang  steril dan memiliki fungsi untuk tegaknya askus agar mudah melepaskan askospora menuju udara. Selain itu parafisa ini juga berfungsi dalam menjaga kelembaban lingkungan pada area askus.

Tekstur dari apothecium ini biasanya kenyal dan lembab. Bebrapa apothecium ada yang dapat di lihat dengan mata telanjang dan ada juga yang besarnya hanya beberapa mm. Warna dari apothecium ada yang putih, merah hijau, coklat, jingga, merah muda, bahkan hitam.

  • Perithecium

Perithecium merupakan salah satu jenis karpus seksual yang ditemukan banyak pada filum Ascomycota yang bentuknya seperti labu dengan leher yang panjang dan pada bagian ujungnya terdapat lubang atau osteol. Pembentukan perithecium di awali dengan terbentuknya askogonium yang memiliki ciri khas berbentuk seperti kumparan. Askus-askus berada pada stroma di posisi bagian bawah pada  perithecium yang sudah dewasa. 

Askus-askus tersebut di topang juga oleh parafisa yang merupakan hifa-hifa steril. Fungsi dari perifisa ini adalah mencegah keluarnya aksus sebelum matang, menjaga kelembaban lingkungan pada bagian dalam perithecia, dan juga berfungsi dalam melindungi isi perithecia dari gangguan luar.

  • Pseodothecium

Pseudotherium merupakan karpus pada fungi yang ada pada filum ascomycota. Filum ini menghasilkan askus di dalam rongga yang terbentuk di dalam suatu stromata. Tubuh buah seksual ini berbentuk bulat seperti perithecium tetapi tidak mempunyai leher. Pseodothecium pada  fungi jenis biasanya menyebabkan beberapa penyakit pada tumbuhan.

  • Cleistothecium

Cleistothecium merupakan jenis karpus seksual yang bentuknya bulat dan seluruh bagiannya ditutupi oleh hifa-hifa yang sangat rapat menyerupai dinding yang di sebut dengan peridium. Pada bagian dalam Cleistothecium terdapat askus-askus yang berbentuk bulat dan terbenam di dalam massa miselium.

Pembentukan Sel Reproduksi Seksual

Sel reproduksi seksual yang pada Ascomycota adalah askospora, sedangkan Basidiomycota adalah basidiospora dan pada Zygomycota adalah zigospora.

  • Askospora (askosporogenesis)

Apabila terdapat dua hifa yang kompatible bersentuhan, maka pada titik sentuh tersebut akan terjadi proses lisis atau peleburan sehingga nukleus dari hifa (+) dapat masuk menuju hifa (-), atau disebut juga  bahwa nukleus yang berasal dari hifa anteredium akan masuk menuju hifa oogonium, sehingga di dalam oogonium akan terdapat dua jenis nukleus. 

Sel oogonium ini kemudian akan mengalami pertumbuhan seperti membesar, memanjang, dan pada bagian ujungnya membengkok. Pada fase inilah yang disebut dengan ascus moteher cell. Pada bagian sel ini akan terjadi pembelahan secara mitosis, yaitu anteridium dan oogenium masing-masimg akan membelah diri. 

Selanjutnya, nukleun-nukleus anteridium dan oogonium yang ada pada bagian ujung akan dipisahkan dari pasangannya oleh suatu sekat. Selanjutnya terjadi proses kariogami yang di lanjutkan dengan pembelahan meiosis dan pembelahan mitosis, sehingga di dalam sel yang akan terjadi pemanjangan dan terdapat delapan nukleus, yaitu empat yang berasal dari nukleus yang (+) dan empat berasal dari nukleus yang (-). Setiap nukleus kemudian mendapatkan dinding sel dan akan siap keluar dari askus ketika sudah matang.

  • Basidospora (basidiosporogenesis)

Bentuk umum dari basidium pada jenis holobasidium yaitu seperti gada dan terbentuk pada bagian ujung hifa yang dikariotik, sedangkan pada jenis heterobasidium di hasilkan teliospora yang berbentuk terminal atau interkalar. Suatu septum pada holobasidium akan memisahkan sel basidiunm terminal dari sel hifa yang lainnya. 

Sel terminal awalnya sempit dan panjang kemudian akan menjadi lebar dan besar. Selama proses pelebaran berlangsung, kedua nukleus akan mengalami proses kariogenesis. Nukleus zigot yang terbentuk akan mengalami pembelahan  meiosis dengan menghasilkan empat sel anak nukleus. 

Sedangkan pada bagian ujung basidium akan muncul empat tonjolan yang akan memanjang yang diberi nama sterigmata. Vakuola yang terdapat pada bawah basidium tersebut akan akan mengalami pembesaran dan mendorong masing-masing anak nukleus untuk masuk ke dalam sterigmata. Dengan demikian, basidium yang sempurna  akan memiliki empat basidiospora.

  • Zigospora

Pembentukan zigospora paling banyak di pelajari pada genus Mucor, Phycomyces, dan Rhyzopus. Apabila terdapat dua koloni yang kompatibel, misalnya dari Mucor mucedo, yang akan menghasilkan miselium vegetatif yang pasangan tipenya berbeda, maka hifa dari kedua tipe ini dapat menghasilkan suatu zigofor. 

Dengan bantuan udara, kedua zigofor ini akan saling mendekat sampai bersentuhan. Dinding masing-masing zigofor akan mengalami pelenuran  pada titik sentuhan dan zigofor menjadi memendek. Pada titik sentuhan, zigofor akan mengalami pembengkakan menjadi progametangium yang memiliki banyak inti. 

Pada setiap progametangium akan berkembang menjadi gametangium dan membentuk suatu sekat atau dinding sel yang akan memisahkannya dari bagian zigofor yang terdekat dan  dinamakan dengan suspensor. Dinding yang memisahkan kedua gametangia kemudian akan mengalami proses lisis sehingga melebur menjadi zigospora. 

Dinding zigospora akan mengalami penebalan dan berwarna hitam atau coklat tua karena proses pembentukan pigmen melamin dan sporopolenin. Terdapat dugaan bahwa inti-inti dari mating type akan berpasangan terlebih dahulu, baru kemudian akan mengalami proses kariogami, sedangkan inti yang tidak memiliki pasangan akan mengalami



0 Response to "JAMUR"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel