-->

Perkembangan Kemandirian Remaja


Kemandirian Pada Remaja

Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapatkan awalan ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat lepas dari pembahasan mengenai perkembangan diri itu sendiri , yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self karena itu merupakan inti dari kemandirian. 

Upaya untuk mendeskripsikan kemandirian dan proses perkembangannya, ada berbagai sudut pandang yang sejauh perkembangannya dalam kurun waktu sedemikian lamanya telah dikembangkan oleh para ahli. Emil Durkheim, misalnya, melihat makna dan perkembangan kemandirian dari sudut pandang yang berpusat pada masyarakat.

Pandangan ini dikenal juga dengan pandangan konformistik. Durkheim berpendirian bahwa kemandirian merupakan elemen esensial ketiga dari molaritas yang bersumber pada kehidupan masyarakat. 

Durkheim berpendapat bahwa kemandirian tumbuh dan berkembang karena adanya dua faktor yang menjadi prasyarat bagi kemandirian, yaitu :
  1. Disiplin , yaitu adanya aturan  bertindak dan otoritas, dan
  2. Komitmen terhadap kelompok
Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan perkembangan selanjutnya, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orangtua atau orang lain di sekitarnya dan belajar untuk mandiri. 

Hal ini merupakan suatu proses alamiah yang dialami oleh semua makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Mandiri atau sering juga disebut berdiri diatas kaki sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. 

Kemandirian yang sehat adalah yang sesuai dengan hakikat manusia paling dasar. Perilaku mandiri adalah perilaku memelihara hakikat ekstensi diri. Oleh sebab itu, kemandirian bukanlah hasil dari proses dari internalisasi aturan otoritas, melainkan suatu proses perkembangan diri sesuai dengan hakikat eksistensi manusia.

Proses perkembangan manusia harus dipandang sebagai proses interaksional dinamis. Interaksional mengandung makna bahwa kemandirian berkembang melalui proses keragaman manusia dalam kesamaan dan kebersamaan, bukan dalam kevakuman. 

Dalam konteks kesamaan dan kebersamaan, Abraham H.Maslow (1971) membedakan kemandirian menjadi dua, yaitu :
  1. Kemandirian aman adalah kekuatan untuk menumbuhkan cinta kasih kepada dunia, kehidupan dan orang lain, sadar akan tanggung jawab bersama dan tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan. Kekuatan ini digunakan untuk mencintai kehidupan dan membantu orang lain.
  2. Kemandirian tak aman adalah kekuatan kepribadian yang dinyatakan dalam prilaku menentang dunia. Maslow menyebut kondisi seperti ini sebagai selfish autonomy atau kemandirian mementingkan diri sendiri

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Remaja

Terdapat beberapa faktor biasanya  disebut sebagai korelat bagi perkembangan kemandirian, diantaranya sebagai berikut.
  1. Gen atau keturunan orang tua.anak yang terlahir dari Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi memiliki kemandirian juga. Akan tetapi , faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan disebabkan oleh adanya pendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tua menurun kepada anaknya, tetapi sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya.
  2. Pola asuh orang tua. Sebagai orang tua harusnya mendukung penuh segala keinginan yang anak mau selama apa yang anak kerjakan itu positif. Dengan demikian , perlahan - lahan sikap kemandirian pada anak akan terbentuk.
  3. Sistem pendidikan disekolah.  Hal yang dapat menghambat kemandirian remaja adalah proses pendidikan disekolah yang  cenderung menekankan indoktrinisasi tanpa argumentasi  dan juga. Di dalam sekolah, siswa dituntut lebih aktif dalam pembelajaran agar siswa menjadi mandiri.

Upaya Pengembangan Kemandirian Remaja dan Implikasinya Bagi Pendidikan

Dengan asumsi bahwa kemandirian sebagai aspek psikologis berkembang tidak dalam kevakuman atau diturunkan oleh orang tuanya maka intervensi positif melalui ikhtiar pengembangan atau pendidikan sangat diperlukan bagi kelancaran perkembangan kemandirian remaja.

Sejumlah intervensi dapat dilakukan sebagai ikhtiar pengembangan kemandirian remaja, antara lain sebagai berikut.
  • Penciptaan partisipasi dan keterlibatan remaja dalam keluarga. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk:
    1. Saling menghargai anggota keluarga;
    2. Keterlibatan dalam memecahkan masalah remaja dan keluarga.
  • Penciptaan keterbukaan. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk:
    1. Toleransi terhadap perbedaan pendapat;
    2. Memberikan alasan terhadap keputusan yang diambil oleh remaja;
    3. Keterbukaan terhadap minat remaja;
    4. Mengembangkan komitmen terhadap tugas remaja;
    5. Kehadiran dan keakraban hubungan dengan remaja.
  • Penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasikan lingkungan. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk:
    1. Mendorong rasa ingin tahu remaja;
    2. Adanya jaminan rasa aman dan kebebasan untuk mengeksplorasikan lingkungan;
    3. Adanya aturan tetapi tidak cenderung mengancam apabila ditaati.
  • Penerimaan positif tanpa syarat. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk:
    1. Menerima apapun kelebihan maupun kekurangan yang ada pada remaja;
    2. Tidak membeda-bedakan antara remaja yang satu dengan yang lain;
    3. Menghargai ekspresi  potensi remaja dalam kegiatan produktif apapun meskipun sebenarnya hasilnya kurang memuaskan.
  • Empati terhadap remaja. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk:
    1. Memahami dan menghayati pikiran dan perasaan remaja;
    2. Melihat berbagai persoalan remaja dengan menggunakan perspektif atau sudut pandang remaja;
    3. Tidak mudah mencela pekerjaan remaja betapapun kurang bagusnya karya itu.
  • Penciptaan kehangatan hubungan dengan remaja. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk :
    1. Interaksi secara akrab tetapi tetap saling menghargai;
    2. Menambah frekuensi interaksi dan tidak bersikap dingin terhadap remaja;
    3. Mengembangkan suasana humor dan komunikasi ringan dengan remaja.

Ditengah berbagai gejolak perubahan yang terjadi di masa kini, betapa banyak remaja yang mengalami kekecewaan dan rasa frustrasi mendalam terhadap orangtua karena tidak kunjung mendapatkan apa yang dinamakan kemandirian.

Kebingungan dan keluh kesah yang dialami remaja karena banyak sekali aspek kehidupan mereka yang masih diatur oleh orangtua, meski banyak diantara mereka yang sudah berusia lebih dari 17 tahun. Salah satu contohnya adalah dalam hal pemilihan jurusan/fakultas ketika masuk sekolah/Perguruan Tinggi. 

Dalam hal ini masih banyak ditemui orangtua yang sangat ngotot untuk memasukkan putra/putrinya ke jurusan yang mereka kehendaki meskipun anaknya sama sekali tidak berminat untuk masuk ke jurusan tersebut. 

Mencermati kenyataan tersebut, peran orangtua sangatlah besar dalam proses pembentukan kemandirian seorang.  Orangtua diharapkan dapat memberikan kesempatan pada anak agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. 

Dengan  demikian anak akan dapat mengalami perubahan dari keadaan yang sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi mandiri.


0 Response to "Perkembangan Kemandirian Remaja"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel